Sabtu, 16 Juni 2012

Organisasi Horizontal, Organisasi Masa Depan

"Tak ada yang menyangkal, begitu banyak perubahan dan pembaharuan konsep-konsep manajemen belakangan ini. Selain konsep reengineering (mendesain ulang proses bisnis), downsizing (pengecilan jumlah karyawan), atau outsourcing (menyerahkan sebagian proses bisnis ke lembaga lain), konsep organisasi horizontal (horizontal organization), merupakan salah satu yang laris dibicarakan. Banyak pakar manajemen yang mengatakan, inilah suatu bentuk blueprint bagi organisasi di seluruh jagad dalam 50 tahun ke depan. Apa sesungguhnya organisasi horizontal (OH) tersebut ? Bagaimana penerapannya dalam manajemen perubahan sehari-hari? Berbicara OH, kita berarti membicarakan struktur organisasi. Selama lebih dari setengah abad, perusahaan-perusahaan selalu menggunakan struktur organisasi hirarki fungsional yang vertikal. Bentuk ini melekat terus di benak para pelaku dalam perusahaan hingga tak pernah ada keinginan untuk merubahnya. Baru pada awal 90-an, dengan pesatnya perkembangan teknologi sistem informasi, konsep organisasi horizontal mulai dipikirkan orang, terutama setelah McKinsey & Co, kantor konsultan manajemen ternama yang berpusat di AS, menyebut OH dengan istilah flat organization. Menurut mereka, konsep-konsep yang berkembang seperti downsizing, total quality management, hingga reengineering, akan mulus berjalan jika struktur organisasi semakin pipih. Jadi, organisasi yang selama ini vertikal dengan pengelolaan dari atas ke bawah, diubah menjadi lebih mendatar. Hirarki, yang sering kali bertele-tele pada organisasi yang vertikal, ditebas dengan mengkombinasikan pekerjaan yang berhubungan. Di sisi lain, kita dapat menghapuskan batasan antar departemen. Dengan cara ini, organisasi bisa lebih konsentrasi pada proses inti (core process). Dalam organisasi ini, setiap orang dari bagian yang berlainan bisa saling berpartisipasi, tanpa harus melewati birokrasi yang tak perlu. Contoh sederhana, misalnya, pada proses pengelolaan pelanggan yang ditangani bagian pemasaran. Biasanya dengan model vertikal yang lama, proses ini melibatkan fungsi penjualan, penagihan, dan pelayanan. Ketiga fungsi ini masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bagian yang bertanggung jawab terhadap seorang manajer. Dengan pemisahan-pemisahan ini, setiap fungsi memiliki sasaran-saran sendiri yang kadang kala saling tumpang tindih. Bila salah satu fungsi memiliki masalah, maka urusan pengambilan keputusannya akan naik-turun (karyawan lini bawah-kepala bagian-manajer-direktur, dan sebaliknya). Hal tersebut dapat membuat sasaran dari proses sesungguhnya, yakni pengelolaan pelanggan, menjadi kabur. Akibatnya, konsumsi waktu dan biaya menjadi membengkak. Dengan organisasi horizontal, pengelolaan masalah bisa langsung pada prosesnya. Setiap bagian bisa turut berperan memberikan kontribusinya bila ia memiliki ide yang layak. Manajemen puncak, bisa langsung mendapatkan laporan dari manajer lini bawah tanpa harus melalui manajer lini tengah. Melalui penerapan organisasi ini, efisiensi waktu dapat dioptimalkan. Contoh yang disampaikan sebelumnya baru pada bagian tertentum belum pada bagian lain. Keuntungan lainnya adalah dihapusnya batasan-batasan antar departemen. Artinya, bagian lain bisa turut ambil andil sepanjang bisa melancarkan prosesnya. Memang, menerapkan OH, berarti kita memperlebar rentang kendali dari sebuah organisasi, karena itulah beberapa syarat tertentu mutlak harus dimiliki organisasi. Paling tidak, bawahan harus punya kemampuan tinggi-juga keberanian-untuk mengambil keputusan. OH hanya berupa angan-angan bila SDM lini bawah tidak memiliki kemampuan yang tinggi. Syarat lain, tentulah harus adanya perencanaan yang jelas (clarity of plan). Bawahan, akan mempunyai banyak pertanyaan kepada atasannya bila tak ada perencanaan yang jelas. OH juta tak akan mulus bila tak didukung oleh teknologi informasi (TI). Kalau mau jujur, memang TI-lah yang paling berpengaruh pada hampir semua pengembangan konsep-konsep manajemen baru saat ini, termasuk pada OH. Sebutlah misalnya Lotus. Notes, satu dari perangkat lunak yang memungkinkan terciptanya OH, produk yang dikeluarkan Lotus Development Corporation. Sebagai contoh, kita bisa kembali memperhatikan bagian pemasaran. Tim pemasaran yang telah diberi otoritas dalam beberapa aktivitas pemasaran bisa langsung mendiskusikan masalahnya di lapangan dengan atasannya. Lotus Notes, produk yang mendapat predikat perangkat lunak workgroup terbaik tahun lalu dari majalan PC World ini, menyediakan fasilitas sales discussion. Katakanlah sasaran yang telah diberikan pada perencanaan ternyata tak bisa dipenuhi oleh tim pemasaran. Atasan segera dengan cepat bisa menginstruksikan ke mana sasaran itu harus dibelokkan. Jadi dengan perangkat lunak ini – tentu juga dengan notebook lengkap dengan modem dan telepon genggam- tim pemasaran bisa memiliki mobilitas yang tinggi. Mereka juga bisa mengirimkan pesanan pembelian, memberikan data klien, berdiskusi harga dengan manajer di manapun mereka berada. Bila perlu, manajer pemasaran bisa berdiskusi langsung dengan manajer dari departemen lain, seperti manajer keuangan, lewat layar monitor komputernya. Contoh peran TI yang lain untuk menghadirkan OH juga bisa dilihat dalam pengembangan produk. Dengan tekanan persaingan lingkungan bisnis sekarang, tuntutan pengembangan produk baru sangat tinggi. Kita bisa mengatakan, kemenangan bersaing sangat ditentukan oleh penciptaan dan pengembangan produk/jasa baru. Kita dituntut untuk segera paham keinginan konsumen dan langsung memberikan produk atau jasa ‘baru’ (atau sama sekali baru) sebelum didahului pesaing. Itu artinya kita harus berpacu melawan waktu. Padahal bisa saja tim pengembangan produk kita berada pada cabang-cabang yang terpisah jauh secara geografis. Belum lagi secara internal, berbagai fungsi yang berbeda di dalam perusahaan harus saling memberikan informasi guna pengembangan tersebut. Dari mitra kerja, pemasok dan distributor pun informasi tak boleh luput. Nah, IT, dengan perangkat lunak workgroup bisa menyederhanakan proses yang sangat kompleks bila dilakukan secara hirarki vertikal ini. Dengan perangkat lunak workgroup pula akan jelas informasi apa saja yang ada di setiap bagian bisa dimanfaatkan dengan cepat. Sebutlah misalnya konsep-konsep saat manajer pengembangan produk berdiskusi, disain-disain kerja, hasil uji coba produk, spesifikasi produk, analisa risiko kerangka waktu kerja proyek. Yang lebih penting, semua anggota tim dapat saling mengakses semua database ini kapan dan di mana saja mereka perlukan. Masing-masing bisa mengkoreksi, memberikan catatan-catatan menambah semua kertas kerja sesuai dengan kebutuhan. Sekarang pertanyaannya, apakah hirarki fungsional dapat diabaikan begitu saja? Agaknya, meski akan populer, namun OH tak akan mungkin mengabaikan begitu saja fungsi-fungsi dalam bisnis. Jadi pada organisasi-organisasi tertentuk ada bagian-bagian yang tak mudah untuk ‘dihorizontalkan’ begitu saja. Bisa dibayangkan betapa kacaunya fungsi keuangan jika data-data pada direktur keuangan tersebut tersebar begitu saja. Atau katakanlah organisasi semacam rumah sakit. Untuk yang satu ini, organisasi masih membutuhkan fungsi spesialis atau bahkan fungsi superspesialis. Jadi tak mungkin ada seorang dokter umum yang menangani sebuah kasus pembedahan otak, misalnya. Karena itu, penting pula mengenali proses-proses bisnis yang terjadi dalam perusahaan kita. Bagi perusahaan yang telah mapan dengan hirarki vertikal bisa dengan pelan-pelan menggiring bagian-bagian tertentunya kepada OH. Tak mudah memang, namun, bila tak ingin ‘ketinggalan kereta’, guna menyongsong era OH, usaha itu harus dilakukan sesegera mungkin. (dari berbagai sumber) " www.stialanbandung.ac.id/index.php?...organisasi...organisasi-masa-...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar